2 Tokoh Pers Nasional yang Perlu Kamu Tahu

 

2 Tokoh Pers Nasional yang Perlu Kamu Tahu

Setiap tanggal 9 Februari kita merayakan peringatan Hari Pers Nasional. Kali ini Min Book mencoba membahas tentang wartawan Indonesia yang penting untuk kita ketahui bersama. Mungkin banyak yang belum familiar dengan dua sosok berikut ini, tapi sepak terjang dan dedikasi mereka menjadi kiblat banyak wartawan hingga sekarang.

Sepak terjang Mochtar Lubis ini dicukil kak Fenty dari buku “Jurnalisme dan Politik di Indonesia: Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922-2004) Sebagai Pemimpin Redaksi dan Pengarang” karya David T Hill yang terbit tahun 2011.

1.     1. Mochtar Lubis

a.     Data Diri

-         Kelahiran Padang, 7 Maret 1922. Jadi wartawan setelah Jepang menyerah, kerjanya memantau siaran radio berbahasa Inggris.

-         Ketika Belanda kembali pasca proklamasi, dia sempat ditahan dan diajak berkolaborasi, ditawari mobil dan sekolah ke Belanda, tapi ia menolak.

-         Mochtar Lubis yang menguasai Bahasa Belanda dan bahasa Inggris, tutup usia di Jakarta, 2 Juli 2004

-         Ia dijuluki “Nyamuk Pengganggu Penguasa” dan “Wartawan Jihad” karena getol mengungkap kasus korupsi, hingga “Syuhada Demokrasi”

b.     Karier Jurnalistik Mochtar Lubis

-         Memimpin Koran Indonesia Raya di usia 28 tahun. Koran ini dibredel berkali-kali

-         Ia mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi harian berbahasa Inggris pertama di Indonesia: The Times of Indonesia (1962)

-         Total Mochtar lubis pernah merasakan 10 tahun dibui tanpa diadili

-         Ia mendapat Penghargaan Ramon Magsaysay bidang jurnalisme dan sastra dalam masa penahanan

-         Koran Indonesia Raya mati, Mochtar menulis novel untuk menyuarakan pandangannya (seperti Maut dan Cinta: Harimau! Harimau!) dan lebih banyak menulis untuk media internasional

c.      David T. Hill berpendapat “Era Mochtar Lubis merupakan era ketika para pemimpin redaksi media cetak yang berkepribadian kuat menguasai industri dan berbicara langsung kepada pemimpin bangsa, atau sedikitnya beradu pendapat dengan para politisi mengenai agenda mereka”

2.    2.  Rosihan Anwar

a.     Data Diri

-         Lahir 10 Mei 1922 di Sumatera Barat dan meninggal dunia di Jakarta 14 April 2011

-         Dijuluki “Wartawan 5 Zaman” karena melintas zaman Kolonial, Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, Pasca Reformasi

-         Mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Utama III (1973) dan Pena Emas PWI (1979)

-         Tak hanya terkenal sebagai wartawan, ia juga dikenal sebagai penulis buku, sejarawan, seniman, juga budayawan

-         Pernah menjadi actor untuk sejumlah film dan menjadi juri dalam gelaran Festifal Film Indonesia (FFI) tahun 1976-1979

-         Memulai kareir jurnalistik di usia 20-an di majalah Asia Raya pada era pendudukan Jepang sampai proklamasi kemerdekaan, kemudian menjadi Redaktur harian Merdeka

-         Mendirikan majalah Siasat dan menjadi Pemimpin Redaksi di usia 25 tahun

-         Mendirikan satu surat kabar lagi, yakni harian Pedoman

-         Setelah Siasat di bredel Soekarno dan Pedoman tutup setelahnya, Rosihan tetap aktif sebagai kolumnis untuk sejumlah majalah luar negeri

-         Ia berhasil menerbitkan kembali harian Pedoman tahun 1968 setelah Orde Lama mulai di ambil alih Orde baru

-         Menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) periode 1968 hingga 1974 dan Ketua Dewan Kehormatan PWI (1983-1988)


Sumber;

-         www.narasi.tv

-         Tirti.id litbang kompas dikutip dari kompas.com tempo.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah menggunakan atau memodifikasi gambar dari internet?

Pantang Pikun Berkat Baca

Jenis-Jenis Putusan Hakim dalam Memutus Perkara