Baca 2 buku ini agar lebih kenal Kartini lebih dalam
Baca 2 buku ini agar
lebih kenal Kartini lebih dalam
Saatnya tanggalkan dulu
lomba kostum di perayaan Hari kartini. Mari kita kenang Kartini sebagai sosok
yang kritis karena banyak membaca. Kartini mengenal emansiapasi perempuan dan
hak atas kerja setelah membaca buku “Hilda van Suylenburg” karya Nyonya
Goekoop. Kartini mengenal gerakan perempuan setelah membaca Moderne Maagden
karya Marcel Prevost. Kartini membaca roman “De Vrouw en Sosialisme” karya
Augusta Bibel yang juga mempersoalkan emansipasi perempuan. Status anak Bupati
Jepara memungkinkannya berteman dengan keluarga-keluarga Belanda dan membuat
akses bacaan Kartini sangat luas. Tetapi tak hanya memuji, Kartini juga mengkritik Eropa lewat tulisan-tulisannya. Peran ayahnya, R.M.A Sosroningrat
dan kakak laki-laki R.M. Sosrokartono juga tak kalah besar dalam akses bacaan
Kartini, meski sebagai anak perempuan ia harus menjalani pingitan sejak berusia
12 tahun. Dalam pingitan, Kartini banyak membaca. Dalam pingitan ia terus
menulis. Meski fisik terkekang, tetapi pikirannya jauh melampaui zamannya. Dua
buku yang Min Book rekomendasikan ini akan membuatmu semakin mengenal Kartini.
Selamat membaca dan selamat menyelami Kartini.
Sekelumit fakta tentang
kartini;
1.
R.A. Kartini (21 April 1879- 17
September 1904)
Dalam pingitan yang
dijalaninya sejak usia 12 tahun, Kartini banyak membaca dan menulis. Meski
fisik terkekang, tetapi pikirannya jauh melampaaui zamannya.
-
Kartini rajin menulis prosa dan
reportase untuk majalah-majalah Belanda dan Hindia Belanda.
-
Setelah meninggal dunia, ia justru
terkenal karena surat-suratnya yang dihimpun oleh J.H. Adendanon dan terbit
dalam bentuk buku.
-
Berkat surat-suratnya itu, sebuah komite
di Den Haag membentuk Yayasan kartini dari hasil penjualan bukunya.
-
Sekolah Kartini pertama didirikan di
Semarang, pada 1913 khusus untuk anak perempuan Priyayi dan disubsidi oleh
pemerintah belanda.
-
Akhir tahun 1930-an, tujuh sekolah
Kartini di seluruh Jawa telah mendaftarakan 1.500 anak perempuan dari latar
belakang beragam
-
Tanggal 3 Agustus 1964 Kartini mendapat
gelar Pahlawan nasional
2.
Habis Gelap Terbitlah Terang, Penerbit :
Balai Pustaka (pertama terbit tahun 1912)
Berisi surat-surat
Kartini kepada sahabat penanya di belanda. Judul buku aslinya dalam bahasa
Belanda adalah Door Duisternis tot Licht. Sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu, majalah Atlantic Monthly (New York) pernah menerbitkan dalam terjemahan
Inggris, dan kemudian terbit dalam bentuk buku dengan judul Letters of a Javanese
Princess. Meski terjemahan Balai Pustaka mengalami penyuntingan dan tidak semua
surat Kartini masuk dalam buku, tetapi buku ini masih merupakan arsip
terlengkap surat-surat kartini dalam bahasa Melayu.
3.
Panggil Aku Kartini Saja, Penerbit : Lentera
Dipantara, Pernah diterbitkan oleh : N.V. Nusantara 91962) dan Hasta Mitra
(1997 dan 2000)
Buku biografi ini
ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, pembahasannya lengkap dimulai dari latar
belakang kondisi Indonesia sebelum dan sesudah Kartini lahir, dilengkapi dengan
silsilah Kartini sehingga kita bisa memahami kondisi Kartini secara meyeluruh.
Pram juga membahas Kartini dari masa kecil, masa sekolah, dunia pribumi
sekaligus dunia Barat yang dikenal kartini. Pram menelaah surat-surat Kartini
hingga membahas kondisi kejiwaan, daya observasi, intelegensi, hingga pendapat
kartini akan Tuhan dan agama. Di buku ini juga Pram membuka bakat kartini di
luar menulis, yakni melukis dan membantik.
4. Karlina Supelli, aktivis dan filsuf
pernah melakukan wawancara dengan majalah Magdalene. Co pada 21 April 2019
berujar
“Perjuangan Kartini
bukan hanya soal gender, perempuanan, dan nasionalisme, tetapi juga
intelektual. Perempuan perlu mengembangkan intelektualitas mereka, perempuan
mesti belajar dan terdidik. Medan pertempuran Kartini adalah tentang mencetak
perempuan-perempuan terdidik yang mampu mendidik anak-anak mereka, sehingga
dapat menghasilkan generasi yang cerdas”
Sumber;
-
Buku panggil aku Kartini saja, artike
tentang “sekolah Kartini” yang dimuat pada satu abad Kartini (1990),
vanderventermaas.or.id/history/
Komentar
Posting Komentar