Sharenting melanggar privasi anak?
Sharenting melanggar privasi anak?
Sering melihat para
orang tua mengunggah foto anak mereka? mulai dari aktivitas anak, foto lucu,
dll.
Tapi tahukah kamu,
kegiatan ini bisa menimbulkan dampak negatif dan membahayakan bagi anak? Yuk,
pelajari lebih lanjut!
Istilah “sharenting”,
diciptakan dari “share” dan “parenting”. Istilah ini di gunakan untuk
menggambarkan kehidupan anak-anak mereka secara online” (Steinberg, 2017)
Fenomena ini semakin
marak terjadi, terutama dikalangan orang tua millenial. Mereka kerap kali
membagikan berbagai momen lucu, membanggakan atau aktivitas sehari-hari dari
anak-anak mereka.
Menurut penelitian AVG
Technologies yang dilakukan pada tahun 2010, rata-rata anak-anak sudah
memperoleh identitas digital pada usia enam bulan (AVG Technologies, 2010)
Sebagai contoh, di
Amerika Serikat, 92% anak di bawah usia dua tahun sudah memiliki kehadiran di
media sosial, dan sepertiga telah melakukan debut online sebelum mereka berusia
satu hari (Duggan, Lenhart, Lampe & Ellison, 2015)
Alasan orang tua
melakukan sharenting;
1.
Mengekspresikan kegembiraan saat melihat
tumbuh kembang anak
2.
Terhubung dengan teman dan keluarga
3. Mengabadikan
momen si kecil
Fenomena
saat ini;
a. Beberapa
orang tua membuatkan akun medsos atas nama anaknya, meski baru berumur kurang
dari satu tahun.
b. Beberapa
anak usia dini menjadi selebgram, karena aksi dan foto mereka yang mencuri
perhatian banyak orang.
Kasus-
kasus yang terjadi;
2016
: Pencatutan foto anak Ruben Onsu dan Ayu Ting Ting oleh akun “Jual bayi murah”
2017
: Foto anak Nafa Urbach dipanggil oleh netizen dengan sebutan ‘Loli’ di sebuah
media. Arti kata ‘Loli’ itu menjurus atau dipakai oleh paedofil untuk menyebut
anak-anak yang disukai.
Berikut
Dampak Negatif Sharenting;
-Menurut
dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, dampak negatif sharenting yaitu;
1. -- Membuat
anak rentan menjadi incaran paedofilia
- Mengunggah
anak berpose tanpa busana, atau dengan mengekspos bagian dada, paha, maupun
bokong bisa membuat paedofilia tertarik dengan anak Anda.
2. - Anak
menjadi rentan terhadap penculikan
Terlalu
update dalam mengunggah aktivitas anak di jejaring sosial bisa memudahkan
penjahat untuk melakukan tindak penculikan.
3. Penculikan
digital juga bisa terjadi
Secara
fisik, anak mungkin tetap bersama dengan Anda. Namun unggahan yang sangat rinci
tentang si Kecil di dunia maya bisa membuat identitasnya dicuri orang lain.
Sang pencuri bisa saja membuat akun baru menggunakan nama anak Anda.
Hak
Privasi Anak
Stacey
Steinberg seorang sarjana hukum dan mantan jaksa penuntut di UK, menulis dalam
sebuah artikel tentang “Sharenting-in whose interests?”. Dalam tulisan itu,
sebagai orang tua sudah seharusnya bisa memutuskan sendiri bagaimana cara
terbaik untuk menyeimbangkan privasi anak mereka dengan minat mereka dalam
berbagi cerita. Orang tua juga harus berhati-hati dalam melakukan sharenting,
sebab jika anak sudah dewasa memungkinkan mereka untuk tidak setuju dengan
keputusan orang tua dalam membagikan informasi pribadi baik itu yang bersifat
positif atau negatif. Keputusan yang dibuat oleh orang tua mereka akan
menghasilkan jejak digital yang tak terhapuskan.
Selain
itu, dari kegiatan sharenting ini sangat memungkinkan informasi tentang anak
mereka dapat terekspos banyak orang dan hal ini bisa menempatkan anak dalam
bahaya baik sekarang atau pun masa depan (Brosch, 2018)
Dasar
Hukum
Pada
UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Anak, dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (2) bahwa “Hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh
orang tua, keluarga, masyarakat, negara, pemerintah dan pemerintah daerah”. Dan
pada Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa “orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak”
Sehingga
perlu dipikirkan lagi bagaimana orang tua dalam menshare kegiatan, foto, dan
informasi tentang anak di media sosial. Agar hak anak dan kewajiban orang tua
dapat terpenuhi, karena pada dasarnya orang tua adalah pelindung bagi anak-anak
mereka.
Solusi
Menghindari Dampak Negatif Sharenting
a. - Pelajari
tentang kebijakan privasi di medsos
-Orang
tua dapat mengatur privasi terkait siapa saja yang bisa melihat postingan
mereka, misalnya hanya orang terdekat & keluarga. Di Instagram sendiri
orang tua dapat mengaktifkan “akun privat”, sehingga hanya orang-orang yang
anda ikuti saja yang bisa melihat profil dan semua postingan anda
b. - Pertimbangkan
untuk berbagi tanpa menggunakan identitas anak
Misalnya
jangan terlalu mengekspos informasi pribadi sang anak, seperti nama lengkap,
nama sekolahnya, dll.
c. - Hindari
berbagi lokasi anak atau informasi pribadi
Terutama
pada audiensi yang besar, karena anak akan rentan untuk menjadi korban
penculikan.
d. Perhatikan
konten yang akan di bagikan
Orang
tua harus lebih hati-hati dalam membagikan konten tentang anak, misalnya
hindari mengupload foto anak tanpa busana.
Dr.
Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, seorang Medical editor di klikdokter. Com
berujar “Sharenting memang bisa mendatangkan efek negatif. Namun, bukan
berarti Anda dilarang melakukannya. Sebagai orang tua, Anda hanya perlu
bertindak lebih bijak dan berpikir dengan matang sebelum membagikan segala
sesuatu ke publik. Dengan ini, sharenting yang Anda lakukan diharapkan tidak
membahayakan keselamatan anak dan justru bisa memberikan inspirasi bagi orang
lain”
Sumber;
-
https://www.klikdokter.com/info-sehat/
-
Steinberg, 2017 dan Brosch, 2018
-
Ig danlevlibrary
Komentar
Posting Komentar