Karya Seno Gumira Ajidarma (SGA), Selain Senja, Sukab, dan Alina
Karya Seno Gumira Ajidarma (SGA), Selain Senja, Sukab, dan Alina
Tak
bisa membicarakan sastra Indonesia tanpa menyebut nama Seno Gumira Ajidarma
(SGA). Mantan wartawan yang kini menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta ini
telah terkenal sebagai sastrawan selama puluhan tahun. Untuk penggemar setia
karya-karya SGA sejak dulu mungkin telah mengoleksi banyak sekali bukunya,
sehingga kadang membaca karya SGA berulang-ulang dari buku yang berbeda. Di
ulang tahun SGA hari ini, Min Book mau merekomendasikan buku-buku karya SGA
yang wajib dikoleksi.
Buku
Wajib Koleksi :
1. Trilogi Insiden, terbit pertama : Bentang Pustaka (2010), jumlah halaman : 454
Ini adalah gabungan
tiga buku yang pernah terbit secara terpisah : Saksi Mata (kumpulan cerpen),
Jazz, Parfum & Insiden (novel) serta Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra
Harus Bicara (kumpulan esai). Ketiga buku ini memiliki benang merah sama:
Insiden Dili (The Dili Massacre). SGA adalah sastawan peliput kejadian tersebut
yang “dibungkam” oleh pemerintah Orde Baru sehingga ia menuliskannya dalam
berbagai bentuk. Jika dalam esainya ia begitu lugas, dalam karya-karya
sastranya SGA cenderung metaforis dan satir. Kita bisa melihat perbedaan SGA
menulis sebagai wartawan dan sebagai sastrawan.
2.
Senja dan Cinta yang Berdarah : terbit
pertama : Penerbit Buku Kompas (2014) jumlah halaman : 822
Meski bukunya berjudul
senja dan terdapat cerpen legendaris Sepotong Senja untuk Pacarku tentang
Alina dan Sukab, tetapi di buku ini juga ada cerpen-cerpen fenomenal SGA
lainnya seperti Matinya seorang Penari Telanjang, Pelajaran Mengarang, Cinta di
Atas Perahu Cadik, dan Aku, Pembunuh Munir. Terdapat 85 cerpen yang dimuat di
harian Kompas sejak 1978 hingga 2013. Memang hanya dari satu surat kabar, tetapi
rentang waktu yang panjang membuat buku ini bisa digunakan untuk mempelajari
bagaimana metamorphosis SGA dalam menulis cerpen, jika kesulitan mencari
buku-buku lama SGA.
3.
Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi,
Pertama terbit : Subentra Citra Pustaka (1995) hingga 2017 telah cetak dalam
dua versi berbeda dari 3 penerbit.
Cerpen Kamar mandi
pertama kali dimuat di harian Suara Pembaruan (1991). SGA pernah menulis naskah
untuk film televisi tahun 2001, namun belum pernah difilmkan, hingga diolah
kembali sebagai prosa (cerpen) berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar mandi pada
November 2005. Cerpen ini yang kemudian diadaptasi ke dalam film oleh sutradara
John De Rantau. Mengkritik patriarki dengan cerita yang cenderung dark comedy.
Cerpen ini dan 12 cerpen lainnya dalam buku ini telah dipublikasikan dalam
rentang 1988-1991. Buku yang memenangkan Penghargaan Sastra Badan Bahasa (1997)
ini selalu jadi barang langka sehingga beruntung bagi yang pernah memilikinya.
4. Kitab Omong Kosong, pertama terbit :
Bentang Pustaka (2004), jumlah halaman : 444
Bagaimana jika manusia masuk ke
dalam cerita wayang? Ini kisah tentang lelaki bernama Satya yang keluarganya
mati karena terjangan balatentara berkuda Ayodya. Suatu hari ia bertemu dengan
tukang cerita bernama Walmiki hingga keliling dunia hanya untuk mengubah cerita
agar keluarganya tidak jadi korban. Ia bersama seorang pelacur bernama Maneka
memulai petualangan mencari Walmiki. Membaca buku ini, seperti judulnya,
seperti omong kosong belaka. Tetapi justru dari buku ini kita bisa melihat
kepiawaian SGA membebaskan imajinasinya sebagai penulis, tanpa banyak menimbang
ini masuk akal atau tidak sih?
Komentar
Posting Komentar