Novel dan Kumcer Bertema ’65 yang Layak Dikoleksi
Novel
dan Kumcer Bertema ’65 yang Layak Dikoleksi
Setiap
30 September kita selalu diingatkan akan peristiwa berdarah negeri ini. Meski
dulu kita selalu nonton filmnya di televisi, tapi kini fakta-fakta lain mulai
bermunculan. Karya-karya sastra juga mulai bangkit mengisahkan peristiwa ini dari
sudut pandang yang baru. Lima buku ini layak untuk kamu koleksi jika ingin tahu
lebih dalam tentang peristiwa ’65, khususnya dari sudut pandang korban.
1. 1. Dari
Dalam Kubur, Pertama terbit : 2020, Marjin Kiri, Penulis : Soe Tjen Marching
Berkisah
tentang hubungan ibu dan anak (Lydia Maria dan Karla) yang rumit. Baru setelah
sang ibu meninggal dunia. Karla memahami rahasia demi rahasia yang disimpan
ibunya. Buku ini mendefenisikan ulang Gerwani, BTI, dan PKI. Juga mengkritik
ketidakadilan akibat identitas rasial dan kepentingan politik.
2. 2. Mati
Baik-Baik, Kawan, Pertama terbit : 2019, Akar Indonesia, Penulis : Martin
Aleida
Banyak
novel bertema ’65, tetapi untuk kumpulan cerita pendek, boleh dibilang cukup
langka. Melalui 13 cerpen dalam buku ini, Martin Aleida seperti berusaha
meluruskan sejarah yang pernah dibengkokkan pemerintahan Orde baru. Selain
tentang kisah hidupnya sendiri, ia juga mengangkat kisah seorang isteri,
reporter, hingga sosok Sobron Aidit.
3. 3. Pulang,
Pertama terbit : 2012, KPG, Penulis : Leila S. Chudori
Tokoh
utamanya, Dimas Surya, tidak bisa kembali ke Indonesia karena paspornya dicabut
pemerintah Indonesia pasca peristiwa ’65. Setelah berpindah-pindah negara untuk
mencari suaka, Dimas kemudian menetap di Paris dan mendirikan restoran
Indonesia, sementara kawan-kawannya di Indonesia satu persatu dikejar,
ditembak, atau menghilang begitu saja. Ia menyimpan rempah-rempah Indonesia
untuk menjaga harapan bahwa suatu hari ia akan bisa pulang, ke tanah airnya.
4. 4. Amba,
Pertama terbit : 2012, GPU, Penulis : Laksmi Pamuntjak
Berkisah
tentang percintaan Amba dan Bhisma yang terputus karena peristiwa September
1965. Bhisma menghilang saat Amba hamil. Penelusuran Amba mengungkap
pengasingan 7.000 orang yang dituduh komunis oleh rezim Suharto. Di Pulau Buru,
Amba menemukan surat-surat Bhisma, yang menjadi saksi kehidupan kejam yang
dialami para tahanan.
5. 5. Ronggeng
Dukuh Paruk, Pertama terbit : 2003, GPU, Penulis : Ahmad Tohari
Semangat
Dukuh Paruk, sebuah desa kecil di pulau Jawa kembali menggeliat sejak Srintil
dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati 12
tahun lalu. Tapi malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur,
secara fisik dan mental. Selain mengangkat tema ’65 novel ini juga mengkritik
patriarti. Pernah kena sensor pemerintah orde baru saat awal terbit, hingga
Tohari harus mendapat perlindungan Gus Dur.
Sumber
:
-
Marjinkiri.com, goodreads.com
-
Tirto.id, cnnindonesia.com
- Laksmipamintjak.com, Mediaindonesia.com
Komentar
Posting Komentar