Q & A buku Matematika dan Sastra
Q & A buku Matematika dan Sastra
Henny Triskaidekaman baru menerbitkan 2 novel tapi dua-duanya selalu masuk daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa. Buka buku Bersama
@fenty_Writer pernah membahas dua buku
ini di episode “Bisakah Manusia Bahagia Tanpa Kepala?” yang bisa kamu tonton di
www.narasi.tv.
Dua novel Triskaidekaman adalah
1. Buku Panduan Matematika terapan
- Buku ini juara 1 dalam Unnes International Writing Contest 2017
- Masuk dalam daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2017-2018 kategori Karya Pertama atau Kedua.
2. Buku berjudul Cara Berbahagia Tanpa Kepala
Daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2018-2019 kategori Prosa
Berikut adalah petikan wawancara dengan Henny
Triskaidekaman
Ada apa antara Anda dan matematika?
Matematika Cuma hobi kasual bagi saya selama
bertahun-tahun, karena latar belakang pendidikan juga bukan disana. Pada saat
memulai menulis fiksi, saya pun tidak pernah berpikir bahwa saya harus
menghasilkan karya (fiksi tentunya) yang berkenaan dengan matematika sampai
Maret 2017.
Kebetulan waktu itu saya baru bergabung dengan komunitas
Monday Flash Fiction, jadi sedang semangat-semangatnya mencari inspirasi dari
Twitter. Ada seorang teman penulis Storial yang menunjukkan cuitan tentang
romantisasi rumus matematika. Saya yang sedang mencari inspirasi pun terbakar
emosi (marah maksudnya atau tergugah?). Lalu dari sanalah ide Buku Panduan
Matematika Terapan (BPMT) itu mulai di dieksekusi.
Buat Sebagian orang, matematika itu menakutkan. Adakah
ketakutan buku pertama tidak diterima publik?
Mengenai ketakutan tidak diterima: waktu masih aktif di
platform kepenulisan pun, saya memang tidak begitu “diterima” karena tulisan
yang tidak lazim; jadi saya pasrah dan nothing to lose saja, haha. Namun kalau
rasa takut seperti itu tiba-tiba muncul, saya tinggal mengingat apa tujuan awal
mewujudkan BPMT; yaitu Cuma ingin membuat Pak Seno (Seno Gumira Ajidarma-juri
2017 Unnes International Novel Writin Contest) tertawa.
Novel kedua adalah gabungan fiksi ilmiah, surealisme, dan
thriller. Bagaimana kemudian mewujud menjadi buku?
Proses mewujudkan CBTK lebih sulit daripada mewujudkan
BPMT. Kalau BPMT hanya butuh 4-5 bulan sejak ide awal sampai selesai draf
pertama; CBTK butuh waktu sampai 6 bulan hanya untuk urusan ide awalnya.
Yang mengejutkan adalah saya tidak sadar bahwa saya pernah
mengekspos tweet fiksimini tentang kepala yang ketinggalan di kereta itu sampai
setelah CBTK menjadi buku. Jadi bisa dibilang saya tidak dengan sengaja menggunakan
tweet itu sebagai ide. Saya justru mendapatkan ide untuk CBTK setelah memilih
satu-dua dari puluhan percobaan bab satu CBTK yang gagal, lalu menggabungkannya
dengan ide prompt. Waktu itu ada platform kepenulisan yang memasang prompt.
Adminnya melempar kata kunci di Twitter. Saat itu kata kunci yang di berikan
adalah “parkir”. Dari sanalah muncul ide “tempat parkir untuk kepala yang
dicopot”berasal.
Mengenai genre: saya termasuk jarang merencanakan suatu
tulisan panjang untuk dikategorikan ke satu genre tertentu pada saat
menuliskannya. Kebetulan, dulu saat baru belajar penulisan fiksi, saya biasanya
“bermain” di genre fiksi ilmiah dan thriller. Namun, ide “tempat parkir untuk
kepala” itu rasanya tidak mungkin saya jadikan fiksi ilmiah dan thriller murni,
sehingga akhirnya saya bereksperimen dengan menambahkan unsur surealisme.
Apa novel eksperimental yang paling mempengaruhi Anda?
Sebenarnya saya lebih banyak mendapatkan inspirasi
eksperimen dari mana saja-bukan dari
novel. Yang lebih sering terjadi adalah: saya baru saja membaca puisi
atau cerita pendek yang “aneh”, atau bahkan mengalami kejadian tertentu; lalu
saya berpikir apakah keanehan itu bisa dituangkan atau dimasukkan ke bentuk
tulisan yang lebih panjang.
Namun kalau ditanya novel eksperimental yang paling
berpengaruh, pilihan saya adalah kedua buku ini. Keduanya menunjukkan bahwa
informasi penting dalam cerita bisa dimuat dalam wujud apa saja, bahkan wujud
yang tidak terduga sekalipun.
Sumber:
1. Buka Buku bersama @fenty_writer
2. Ig klubbukunarasi
Komentar
Posting Komentar